5/23/2008

Cantik Itu Milik Siapa Saja

Saya pernah mempertanyakan apa defini kecantikan yang sebenarnya? Jika dilihat dari perspektif saya, sebagai perempuan yang bergaul dengan beragam corak manusia cantik itu mutlak. Maksudnya, ketika saya menilai seseorang cantik secara badaniah, semua orang pun punya penilaian yang sama seperti saya. Ketika si A dikatakan cantik oleh beberapa orang, begitulah adanya. Definisi cantik bagi si A terus berulang dimanapun ia berada.

Cantik biasanya diidentikkan dengan perempuan berberat badan ideal (bisa jadi ini tolok ukur absolut seseorang dikatakan cantik), muka mulus tak berjerawat, hidung mancung, kulit putih, hmm memiliki komposisi wajah yang sempurna (sulit sih menjelaskan hal satu ini, tapi pasti menangkap maksud saya). Rasanya cantik terasa sangat definitif, ya seperti itulah cantik. Tidak ada kamus ‘cantik’ bagi orang berbobot lebih dari ideal, berjerawat, ataupun komposisi wajah biasa saja bahkan cenderung minus. Cantik itu kontra dengan dinamis, karena (melulu) hal itu yang terlihat. Itu mungkin konsep umum saja dalam pergaulan.

Kita memang sering dibuat tidak nyaman dengan definisi ‘cantik’ yang mengganggu ini. Jika memang demikian definisi ‘cantik’ seperti itu, yah pupus sudah harapan saya memasuki jajaran wanita cantik versi paling umum itu hahaha...

Tapi benarkah kecantikan hanya dipandang sedangkal itu? Itu hanyalah persepsi saya dan mungkin kebanyakan orang yang selalu dijejali dengan dominannya penampilan luar. Kita selalu dibuat tidak nyaman oleh konsep cantik versi masing-masing yang terdengar menjemukan dan tak jarang menyedihkan.

Lalu saya berpikir, siapa bilang cantik itu hanya milik beberapa orang saja. Cantik itu milik siapa saja yang menyadari bahwa mereka memang cantik, melebihi makna cantik yang definitif itu. Cantik bisa kelihatan dan tidak tergantung pada kita mampu atau tidak menggali potensi tersebut. Cantik bisa dimiliki siapa saja yang percaya, bahwa manusia itu beginilah adanya: Cantik!

Walau memang senang atau tidak definsi cantik oleh berbagai kalangan memang masih mentok di permukaan saja. Tidak bisa disalahkan juga, memang fisiklah yang pertama kali terlihat. Bersyukurlah wahai kaum hawa yang diberkahi Tuhan fisik yang ‘sejahtera.’ Tapi bukan berarti yang menemukan fakta kalau fisiknya tidak terlalu men-sejahterakan jiwa kemudian harus berkecil hati, karena sadar atau tidak Tuhan sudah menyisipkan keunikan tersendiri buat mereka.

Lucunya manusia ternyata sulit menemukan kecantikan yang sebenarnya ia miliki. Yang kita lihat hanyalah ketidaksempurnaan dan kecantikan orang lain yang tampak menyilaukan. Ketika bercermin yang tampak adalah saya dengan segala kekurangannya. Cermin malah seringkali jadi obyek pengingkaran bahwa sebenarnya kita cantik. Sudah saatnya memang kita, khususnya kaum perempuan menyudahi tiap keminderan, keluhan, ketidakpuasan yang dialamatkan kepada tubuh kita. Sulit memang membunuh perasaan itu yang sudah setia menemani tiap langkah kehidupan. Ketidakpuasan ibarat bayangan tiap manusia yang tak bisa hilang, tapi bukan berarti kita tidak bisa bersahabat dengan kekurangan kita kan?

Cantik itu milik semua jiwa yang berani menghargai dan menerima dirinya apa adanya.
-Deste-

Tidak ada komentar: