10/27/2008

Pasar Malam itu Bernama Hidup

Perjalanan pulang dari Bandung ke Jakarta kemarin menjadi perjalanan yang penuh perenungan buatku. Layaknya pasar malam, saat itu aku harus berkemas dan beranjak pergi dari sebuah kota yang sudah pantas kusebut rumah selama 4 tahun. Menyongsong sebuah kehidupan lain yang telah menanti...

Layaknya pasar malam... Hidup harus kembali ditata, harus kembali berputar (walau sesungguhnya memang tak pernah berhenti).

Layaknya pasar malam... awal pertama menginjakkan kaki di Bandung, yang ada hanyalah keinginan untuk kembali ke masa2 SMA...kembali ke kenyamanan yang telah kurasakan sebelumnya. Namun hidup memang aneh dan penuh ironi. Kini, sulit melepas kenangan yang telah terbentuk di Bandung...Sulit melepaskan sesuatu yang pada awalnya sulit kita terima.

Layaknya pasar malam... hidupku di Bandung tidak kemudian hanyalah sekumpulan potret kegembiraan dan gura2 semata. Namun sebentuk proses getir dan bahagia, susah dan senang yang kemudian bermuara pada sebuah pendewasaan. Layaknya pasar malam, ada kalanya ramai pengunjung, ada kalanya sepi bagai tak bernyawa.

Lalu akankah pasar malam ini akan berhenti berdenyut? Tidak. Karena kita akan berpetualang, menjelajah negeri antah berantah, bertemu dengan sejuta peristiwa lain...

Jika perubahan ini masih membuat hati terasa kelu dan kehilangan gairah... Mari kita kenang lagi masa2 awal nan sulit beradaptasi dengan kota bernama Bandung dulu. Pada akhirnya, ketika kita tidak berhenti berjuang... yang tersisa adalah kegembiraan dan rasa rindu.

Bagiku, hidup bagai pasar malam... yang tak pernah berhenti berputar dan berpetualang!

Deste
untuk para sahabatku (yang sedang bermain komedi putar di dalam pasar malam mereka masing2)

Tidak ada komentar: