6/04/2008

Di Manakah Hak Para Pejalan Kaki?

Sewaktu saya menonton TV dan kebetulan sedang menyiarkan VH1 Indonesia, sang penyiarnya tak henti-hentinya mengingatkan kepada pemirsa untuk menghormati hak pejalan kaki. Mereka memang sedang giat mengkampanyekan: VH1 Loves Pedestrian! Sayangnya itu hanya angin lalu. Yaa... asal tau aja. Lagian tidak terlalu mendesak (begitu pikiran saya kala itu).
Beberapa hari lalu ketika saya hendak kembali ke Jakarta naik Cipaganti Travel, nggak disangka, daerah Cihampelas macet berat! Padahal waktu itu hari Senin. Rasanya tidak biasanya daearah Cihampelas di hari Senin begitu padat. Akhirnya daripada ditinggal travel, saya memutuskan berjalan kaki. tidak terlalu jauh sih, sekitar 500 meter.
Terjadilah kengerian itu...Saya bingung mau berjalan di sisi mana, karena trotoar di daerah Cihampelas sudah tidak memadai. Ada yang untuk jualan, banyak pula yang trotoarnya sudah tak berbentuk. Tidak hanya itu, motor-motor ikut "merampok" jalur para pejalan kaki karena jalan raya yang sudah penuh mobil berhenti. Saya berulang kali diklakson oleh motor-motor yang tak sabaran. Lha, saya bingung, kalo saya minggir, saya harus jalan ke mana lagi? Got-kah? Saya betul-betul kesal karena tidak dihargai sebagai pejalan kaki. Di manakah hak saya?
Walau akhirnya saya sampai tepat waktu, tapi tetap saja saya dongkol setengah mati dengan ulah pengendara motor yang seenaknya memakai jalur pejalan kaki. Hahaha... maaf kalo terdengar meluap-luap.
Ternyata, kampanye VH1 soal menghormati hak pejalan kaki ada benarnya dan memang sekarang ini sudah semakin tidak dipedulikan.
Esok harinya, lagi-lagi saya harus dongkol dengan ulah pengendara motor yang seenaknya naik trotoar. Ceritanya begini, saya sedang antre di sebuah kedutaan... karena belum boleh masuk saya berdiri di trotoar jalan bersama para pengantre lainnya. Eh, tiba-tiba salah satu pengantre menyeletuk: "Mbak, awas ada motor mau lewat!". Lha, kok saya yang disuruh minggir, trotoar kan buat orang yang berjalan kaki, bukan akses alternatif buat pengendara motor yang malas kejebak macet. Saya sih nggak mau minggir dan balas nyeletuk: "biarin aja, yang salah dia. Ini bukan hutan, ini negara ada aturannya." Hahaha... (sok) berpidato saya... Dan ternyata si pengendara motor juga mau antre di kedutaan.
Trotoar tidak sama dengan jalur bebas hambatannya para pengendara motor!
Yukk sama-sama menghormati hak-hak pejalan kaki.
Deste

Tidak ada komentar: